Berita

Tips Investasi Menggunakan Mata Uang Asing US Dollar atau SGD

Nilai tukar rupiah yang tembus kisaran Rp16.000 per US Dollar dan sekitar Rp13.000 per SGD bikin banyak orang mulai melirik investasi mata uang asing. Tapi, saat kamu nggak ngerti strategi dan timing, yang ada malah jadi rugi karena salah langkah. Padahal, potensi cuan dari fluktuasi nilai tukar ini cukup menjanjikan kalau tahu cara bacanya.

Pelemahan rupiah bukan hal baru. Namun, kondisi ini bikin uang asing makin menarik untuk disimpan atau diputar. Entah buat lindung nilai (hedging) atau murni cari keuntungan, investasi dalam bentuk Dolar AS atau Dolar Singapura tetap punya daya tarik tinggi. Masalahnya, nggak semua orang tahu kapan saat yang tepat buat “serok” atau malah “jual” simpanan USD atau SGD mereka.

Makanya, artikel ini akan bahas beberapa tips investasi mata uang asing buat pemula, biar kamu bisa ambil keputusan yang lebih bijak, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan potensi penurunan daya beli dalam negeri.

1. Pahami Tujuan Investasi Mata Uang Asing

Sebelum mulai, tentuin dulu kamu investasi mata uang asing ini buat apa. Ada yang buat jaga nilai kekayaan (store of value), ada juga yang berharap cuan dari selisih kurs (capital gain). Dua-duanya sah, tapi pendekatannya beda. Kalau kamu cuma pengen jaga nilai, biasanya lebih sabar nunggu waktu panjang.

Risiko fluktuasi kurs jadi tantangan utama. Misalnya, hari ini kamu beli 1.000 USD saat kurs Rp16.000, lalu beberapa bulan kemudian rupiah menguat ke Rp15.000. Kalau kamu jual, berarti kamu rugi Rp1 juta. Ini yang sering terjadi kalau kita nggak punya strategi keluar (exit strategy) yang jelas.

Makanya, penting banget kamu atur alokasi dana. Jangan sampai semua simpanan dalam bentuk USD atau SGD. Diversifikasi tetap perlu, dan kalau bisa alokasinya nggak lebih dari 20-30% dari total aset yang kamu punya.

2. Pilih Platform Penukaran yang Transparan

Ngomongin investasi valas, kamu pasti butuh platform atau institusi keuangan yang terpercaya. Ada banyak aplikasi digital atau bank yang nawarin layanan simpan mata uang asing dengan fitur yang user-friendly. Tapi periksa juga biaya-biaya tersembunyinya.

Spread (selisih harga beli-jual) dan biaya administrasi bisa menggerus keuntungan kamu. Misalnya, kamu mau serok USD pas harga Rp16.000, tapi ternyata harga jualnya Rp16.200, spread segitu bisa bikin untung kamu tipis bahkan hilang kalau kurs nggak bergerak signifikan.

3. Manfaatkan Timing: Saat Serok atau Jual

Dengan kurs USD di angka Rp16.000 dan SGD di Rp13.000, ini bisa jadi momen tepat buat kamu yang belum punya simpanan mata uang asing untuk mulai serok. Kenapa? Karena rupiah cenderung melemah dalam jangka menengah, apalagi dengan ketegangan global dan suku bunga AS yang masih tinggi.

Tapi buat kamu yang udah simpan USD atau SGD sejak kurs masih Rp14.500 atau bahkan Rp13.000, ini saatnya mikir buat jual sebagian. Nggak perlu semua, tapi bisa aja kamu realisasikan sebagian keuntungan dan sisanya tetap disimpan buat jangka panjang.

4. Hindari Pakai Pinjaman untuk Beli Valas 

Meskipun peluang investasi mata uang asing seperti USD dan SGD terlihat menarik saat rupiah melemah, penting buat kamu untuk tetap pakai dana pribadi, bukan hasil pinjaman cepat. Risiko fluktuasi kurs bisa bikin kamu rugi kalau ternyata nilai tukar bergerak berlawanan arah dari harapan. Dalam situasi ini, utang justru bisa memperbesar tekanan finansial.

Investasi sebaiknya dilakukan dengan uang dingin, alias dana yang memang tidak akan kamu pakai dalam waktu dekat. Kalau kamu belum punya dana cukup, nggak ada salahnya buat nunda dulu sambil mengalokasikan tabungan secara rutin. Tujuannya biar kamu tetap punya kontrol penuh terhadap keuangan tanpa tergantung pada cicilan atau kewajiban bayar bulanan.

Kalau kamu pakai Kredivo, manfaatkan fitur cicilan 3 bulan tanpa bunga-nya bukan untuk investasi spekulatif, tapi untuk kebutuhan yang lebih mendesak atau fungsional, seperti pembelian perangkat kerja atau kebutuhan rumah tangga. Dengan begitu, cash flow kamu tetap sehat dan kamu bisa fokus membangun dana investasi dari sumber yang stabil.

5. Pantau Faktor Global dan Sentimen Pasar

Terakhir, jangan cuma pantau kurs dari berita dalam negeri aja. Nilai tukar USD dan SGD sangat dipengaruhi oleh kondisi global: suku bunga The Fed, inflasi, dan ketegangan geopolitik. Bahkan sentimen investor terhadap emerging market seperti Indonesia juga berpengaruh.